Untuk Naf
Source: Instagram @nafisaadin |
Hari itu hari Senin, aku baru saja duduk di kelas penjurusan di SMA-ku. Aku melihat satu bangku kosong di samping perempuan berkerudung putih. Semua orang tahu, aku adalah anak salah satu guru di sekolahku dan kurasa perempuan itu mengetahuinya. Ia tersenyum ke arahku, aku pun membalas senyumnya. Ia memperkenalkan dirinya bernama Naf.
Di sela-sela pelajaran, aku liat ada tempat pensil yang isinya masih penuh dan banyak. Aku hanya mengeluarkannya untuk melihat isinya. Ada pensil, pulpen warna-warni, penghapus, dan sticky notes. Perempuan itu bilang, "ambil aja, kayaknya punya kakak kelas kita. Dia lupa." Aku hanya menggeleng. Naf pun langsung mengambilnya, "yaudah gue yang ambil ya." Terus aku tertawa melihat tingkahnya yang itu. Saat itu aku berpikir, sepertinya kita cocok jadi teman baik.
***
Benar saja perkiraanku saat itu, aku dan Naf menjadi teman sebangku selama dua setengah tahun di bangku SMA. Kebetulan kami tidak pernah pisahkelas dan aku selalu duduk sebangku dengannya. Naf selalu bercerita padaku tentang lelaki yang saat itu menjadi pacarnya. Aku hanya bisa mendengarkan karena aku tak pernah pacaran saat itu haha. Naf selalu menasihatiku untuk tetap menjadi perempuan yang mandiri dan tidak perlu cemas jika tidak memiliki kekasih.
Selain saling support dalam hal percintaan, kami juga saling support dalam pendidikan. Aku dan Naf punya mimpi untuk berkuliah di perguruan tinggi negeri. Naf ingin berkuliah di Ilmu Komunikasi UI dan aku ingin berkuliah di Ekonomi Pembangunan Undip. Kami belajar begitu giat di bimbel kami masing-masing. Ternyata nasib berkata lain. Naf malah diterima di Ilmu Komunikasi Undip dan aku diterima di Sastra Indonesia UI. Lucu sekali kami bertukar kampus tanpa kami hendaki dan kami tetap jalani.
Walaupun Naf dan aku berkuliah di tempat yang jauh dan berbeda, kami tetap saling menjaga hubungan. Benar kata orang-orang, pertemanan masa SMA adalah teman yang paling awet dan jarang ada permusuhan. Aku dan Naf saling support. Naf bahkan datang bersama Den, salah satu teman dekatku juga, ke sidang skripsiku. Dari situ aku tahu, pertemanan kami tidak main-main.
Naf juga sosok wanita yang baik dan ramah pada semua orang. Saat aku berjaga jarak dengan teman-teman SMA yang hanya dekat denganku karena kepentingan, Naf tetap ramah dengan mereka. Naf pernah bilang, "kita harus tetap berbuat baik pada orang walaupun orang tersebut tidak baik kepada kita." Makanya, aku tetap berpura-pura tersenyum meski orang-orang di sekitarku munafik dan saling membicarakan di belakang.
source: Instagram @nafisaadin |
Walaupun Naf adalah sosok yang ramah, tapi dia juga sosok yang jatuh bangun mencari cinta sejati untuknya. Tapi akhirnya, Minggu, 7 Juni 2020, Naf dipersunting oleh kekasihnya yang juga ternyata senior di kampusnya, kak Ardian. Aku senang Naf akhirnya bisa melabuhkan hatinya pada satu lelaki yang aku kira juga baik untuk Naf. Aku menulis ini sambil air mata menetes di pipi. Tidak, aku tidak menangis sedih tapi aku menangis bahagia. Akhirnya, salah satu sahabatku menemukan cinta sejatinya dan akan berumah tangga. Aku hanya bisa berdoa semoga ia bahagia dan selalu menjadi seseorang yang ramah di setiap keadaan. Aku yakin, Naf akan menjadi sosok ibu yang pintar bagi anak-anaknya. Selamat menempuh hidup baru, Nafisa Nurul Adina dan Ardian Maxelian!
Ps: Kita nggak punya foto berdua ya, Naf!
Komentar
Posting Komentar