Pesan Terakhir Untukmu
www.imdb.com |
Sore itu aku duduk termenung di teras belakang rumah. Memikirkan tentang hubungan kita yang berakhir dengan tidak semestinya. Aku yang jahat, aku pergi meninggalkanmu yang (katanya sedang sayang-sayangnya.
Sudah semenjak peristiwa kita bertengkar dan tak saling sapa, kamu tidak pernah ada. Aku tahu, aku memang salah tapi aku mencoba mengakhiri sebelum terlalu dalam daripada akhirnya saling menyakiti. Kamu pun masih merasa aku wanita yang jahat dan tidak bertanggung jawab.
Kau pikir, aku mau melakukan itu? Kau pikir, aku siap kehilanganmu waktu itu? Kalau kamu butuh jawaban afirmasi, aku katakan TIDAK. Aku coba untuk menerima tapi sampai detik ini, senyummu itu selalu terbayang di pikiranku dan kenangan kita selalu berputar di kepalaku. Ya, aku memang tidak pernah bisa lupa tentang sesuatu yang begitu berarti dalam hidupku.
Lalu, kusibukkan diriku dengan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang dulu aku selalu keluhkan padamu. Dulu, semuanya kuceritakan padamu. Dari mulai rekan kerjaku yang begitu lucu hingga bagaimana aku harus bertahan pada sesuatu yang melelahkan diriku. Kamu, di sana duduk sambil berkata, "Bekerja itu sama seperti sebuah hubungan. Kalau kamu merasa dia begitu menyiksamu, sebaiknya kamu segera mencari yang baru." Dan yang kau katakan itulah yang aku terapkan pada hubungan kita.
www.imdb.com |
Aku yang selalu berusaha untuk tetap membuat percakapan kita hidup dan kamu dengan mudahnya mematahkan topik yang sedang aku bangun dengan jawabanmu yang kau tulis, "B aja". Walaupun kau melakukan itu, aku tetap membuat percakapan kita tidak pernah terputus dan aku selalu membangun percakapan baru, walau kadang responsmu yang sangat kaku.
Apa daya, semakin aku mencoba lupa, semakin kenangan itu tertanam kuat. Semakin mencoba aku melupakanmu, semakin sulit rasanya melepaskanmu. Dan benar saja, aku mulai menguntit dirimu di media sosial menggunakan akun palsuku. Aku tidak memilikimu lagi, tapi aku hanya ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja tanpa aku.
Namun, yang ku dapat bukan hal yang aku inginkan. Yang kulihat bahwa kamu sudah bersama wanita lain yang nampaknya lebih membuatmu bahagia. Kau pun membagikan kebersamaan dan kebahagiaanmu dengannya tanpa malu. Tidak seperti hubungan kita dulu, yang sengaja kamu tutup-tutupi dari semua teman-temanmu. Aku pun bukan tipe yang suka mengumbar kemesraan di media sosial. Aku melakukan itu karena aku tidak ingin hubungan kita diperlihatkan di depan publik. Cinta itu milik kita dan aku tidak perlu pengakuan orang lain atas cinta kita. Namun, nampaknya kau pun tidak bangga, ya pernah bersamaku. Maaf.
Saat kulihat beberapa foto yang kamu bagikan di media sosial milikmu tentang seberapa cinta kamu dengan kekasihmu yang baru, membuat hatiku sedih, hancur, dan merasa bahwa aku memang wanita yang jahat, dan aku mulai menyalah-nyalahkan diriku lagi soal berakhirnya hubungan kita.
Kadang, aku berpikir, kapan aku akan berhenti memikirkan dirimu? Kapan aku menyudahi rasa yang sudah aku paksa padamkan terlebih dahulu? Aku pun kembali berpikir bahwa sebenarnya ini semua ada di bawah kendaliku. Semua rasa rindu, rasa benci, rasa haru, dan rasa-rasa lainnya terjadi karena aku begitu merasa bersalah dan tidak mementingkan diriku sendiri yang sebenarnya pantas berbahagia tanpa hadirmu. Akhirnya, aku putuskan aku harus berhenti. Berhenti menyakiti diriku, berhenti menyalahkan diriku atas berakhirnya hubungan ini.
www.imdb.com |
Kemudian, pada sore itu, aku memberanikan diri untuk memberikan selamat padamu walau hanya lewat aplikasi perpesanan tempat kita saling bertukar kabar dulu. Aku pikir, ini sebuah perpisahan yang benar-benar akhir dari aku yang selama 6 bulan terakhir ini masih memikirkanmu, masih mencari tahu kabar tentang dirimu, masih ingin bersamamu.
Hatiku berdengung, jariku bergetar, dan mataku hampir menumpahkan airnya, tapi aku tidak izinkan. Aku sudah sampai sejauh ini dan aku memang harusnya berhenti. Dan akhirnya aku pun menulis:
"Selamat menempuh hidup baru, Bajingan!"
Sent.
- FZAP
Komentar
Posting Komentar