Beda Kasta
Aku melihatnya sedang tertawa dilapangan bersama teman-temannya. Yah, meraka terlihat sangat akrab di sana. Aku mencuri-curi pandang ke arahnya, bila ia melihatku, aku berpura-pura membaca buku sejarahku. Ini sudah yang berkali-kali aku melihatnya tertawa bahagia bersama teman-temannya. Sejak dua tahun yang lalu...
***
“Buuukk..”
Buku-buku milikku jatuh berserakan karena ditabrak oleh salah satu anak eksis di sekolahku, Soni namanya.
“Kalo jalan pake mata dong. Mata udah empat aja masih gak ngeliat!”
“Maaf, aku gak sengaja!” kataku tanpa melihat ke arah cowok jutek itu.
“Ehm, lo gak papa kan? Maafin temen gue ya, dia kalo jalan emang serudak-seruduk!” kata teman yang berada di sebelah Soni itu sambil tersenyum.
“Bro, kan dia yang salah. Kenapa lo nyalahin gue sih?" elak si Soni. “Bodo ah, gue gak mau ada urusan sama cewek cupu ini!” tutup si Soni sambil berlalu. Temannya pun mengikuti dari belakang dan sebelum pergi dia berkata maaf sekali lagi padaku. Aku kagum kepadanya. Aku kagum kepadanya. Tapi aku tidak mengetahui namanya siapa. Setelah seminggu mengobrak-abrik informasi tentangnya, aku akhirnya mengetahui namanya. Ya, namanya Arya Dwisastro, kelas X-3 tempat sarangnya anak-anak eksis di sekolahku. Setiap hari aku duduk dibawah pohon cermai di lapangan sekolah melihat Arya sedang tertawa dengan teman-temannya. Awalnya aku hanya merasa simpati padanya, karena walaupun eksis dia tidak sombong. Tapi lama-lama rasa itu berubah menjadi dari simpati menjadi IM3 cinta. Seperti kata pepatah jawa “Weting treno jalaran soko kulino” (cinta datang karena terbiasa). Ya, rasa itu datang walaupun kami jarang bicara atau tidak pernah bicara berdua tapi aku merasakan kalau aku jatuh terlalu dalam padanya. Mungkin ini karena aku sering melihat dia dari pinggir lapangan jadi rasa itu tumbuh di hatiku. Sendirian.
***
“Kirana tolong ambilkan bolanya dong!”
Suara seorang lelaki yang familiar di telingaku membuyarkan lamunanku. Suara itu adalah milik Arya. Dia mengetahui namaku. Ah senangnya hati ini, seperti naik paus sampai ke langit ketujuh. Buru-buru kusambar bola itu dan aku langsung memberikan bola itu kepada Arya. Ya, kami berinteraksi untuk yang kedua kalinya sejak setahun yang lalu. Arya melemparkan senyuman yang termanis yang pernah aku lihat dan berkata terima kasih padaku. Dunia ini terasa milikku sekarang. Aku membalas senyumannya walau senyumku tak semanis punya dia.
“Len, aku tadi berinteraksi dengan Arya setelah setahun menunggu akhirnya dia mengenalku. Dia menyebut nama ku, Len” kataku terlalu bahagia.
“Berinteraksi gimana maksudmu?” Lena sahabatku tampak bingung eh ataumalah tidak percaya ya aku berinteraksi dengan Arya?
“Tadi Arya menegurku untuk mengambilkan bola yang berada di sampingku, Len. Akhirnya dia mengetahui namaku.” Kataku menggebu-gebu.
“Wah, sepertinya menyenangkan dan berkesan bagimu ya, Na?” Lena mulai menggodaku.
“Yaaa gitu deh....” Jawabku tersipu malu.
***
"Teng, teng, teng, teng"
Bel sekolah berbunyi tanda berakhirnya kegiatan belajar-mengajar. Aku melihat Arya baru keluar dari kelasnya X-3 sambil berjalan bersama teman-temannya ke tempat mereka biasa berkumpul. Aku melihatnya dari jarak 7 kelas. Dia terlihat berkarisma dengan rambut dikeataskan atau dijambul membuatnya tampak gagah. Apa ini hanya pendapatku saja ya?
Arya tidak pernah sada bahwa aku selalu mencuri pandang kepadanya. Yah, mana mungkin dia sadar aku melihatnya diam-diam. Aku kan cuma salah satu gadis tidak terkenal di sekolahku. Sedangkan Arya sesosok lelaki gagah yang terkenal di sekolahku. Aku benar-benar bermimpi sekali bisa menjadikan dia temanku apalagi menjadikannya pacarku, sungguh hal yang amat sangat tidak mungkin.
***
“Syuuupp....”
Angin bertiup kencang membuat halaman buku miliku terbuka sangat cepat dan membuyarkan lamunanku tentang Arya tiga tahun lalu. Yah, aku sekarang duduk di kelas XII IPS 3 dan Arya di kelas XII IPA 7. Seperti biasa, Arya selalu sekelas dengan anak-anak eksis di sekolahku. Sedangkan aku selalu bersama anak-anak yang kurang terkenal di sekolahku. Aku masih sering duduk di bawah pohon cermai mengamati Arya yang sedang bersenda-gurau dengan teman-temannya. Sekarang Arya sudah menggandeng seoarang perempuan, dia bernama Lucy, salah satu anak eksis di sekolahku. Yah, seperti yang aku bilang, aku terlalu berharap dengan yang benar-benar aku sulit untuk menggapainya dan sekarang aku benar-benar seperti jatuh ke dalam selokan yang dalam, gelap, dan dingin. Memang aku dan Arya tidak pernah sama. Kami beda kasta. Ibarat kasta, Arya adalah kasta Ksatria sedangkan aku adalah seorang dari kasta Sudra. Tapi apakah cinta itu memandang kasta seseorang? Entahlah hanya Tuhan yang tahu. Dan satu hal yang perlu kalian tahu aku tak pernah menyesal telah jatuh hati pada Arya walaupun pada akhirnya aku juga yang sakit.
END
Gimana cerpen gue? gak jelas ya? maklum deh lagi gak ada kerjaan nih makanya benerin cerpen-cerpen gue yang gak pernah terpublikasikan. Ya daripada gak ada kerjaan (tenang, kerjaan rumah mah udah pada beres sob) mending bikin cerpen hahahahahaha
Yaudahlah selamat bermalam minggu bagi kalian yang punya pacar atau temen yang bisa diajakin jalan. Dan selamat menunggu bagi kalian yang lagi di PHP-in sama gebetan karena dari tadi pagi ngechat bbm tulisannya cuma D doang ahahahahahahaha semangat mencari bagi yang lagi mencari cinta. Jangan menyerah sih kalo kata D'masiv. Pelan-Pelan Saja kalo kata kotak. dan Cinta Dalam Hati kalo kata Ungu hahahahahahahaha
Ps: jangan banyakin kontak di bbm kalo gak pernah chat sama semuanya. Banyakin alusan gapapa tapi ahahahahahahahahaha :P
Komentar
Posting Komentar