Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Jawaban Arya: Tentang Sepotong Benci Itu

Gambar
Riani yang manis, Sepotong benci darimu sudah aku terima. Saat aku ingin berangkat kerja kulihat ada cahaya berwarna merah dari kotak pos depan rumah. Ku kira surat peringatan dari mereka yang berpakaian berkerah, ternyata itu sepotong benci darimu. Entah mengapa warnanya merah, mungkin mengandung sedikit amarah. Tak apa lah, aku menerima ini dengan ikhlas. Tapi, Riani, boleh aku sedikit mengklarifikasi tentang kita sewindu yang lalu? Bila diizinkan aku ingin bercerita. Aku tidak mengerti mengapa kau masih menyimpan sebuah benci untukku. Bukankah waktu itu kita telah membicarakan hal tersebut, walau hanya lewat pesan singkat? Aku kan sudah bilang padamu, Riani, bahwa aku sibuk mencari uang sendiri. Bukankah sudah kuceritakan kepadamu tentang keadaan hidupku? Aku bukan terlahir dari keluarga berada, kau sudah tahu itu. Dan berkali-kali sudah kusebut bahwa kita berdua adalah dua makhluk yang berbeda kasta, bukan? Aku memilih pergi karena aku tahu diri. Aku tidak pantas bersanding meneman

Sepotong Benci untuk Mantanku

Gambar
Hai, Arya yang brengsek, Aku menuliskan ini dengan segala keindahan bumi yang membentang luas di segala sisi. Kudengar kau sudah memiliki tambatan hati di tempatmu saat ini. Ya, sama aku pun sudah bahagia walaupun masih sendiri. Aku sudah tidak rindu dengan dirimu, apalagi menyebut namamu dalam doaku. Tapi entah mengapa saat aku sedang duduk sendirian di teras rumah, kulihat sepasang kekasih muda sedang bertikai. Sama seperti kita dulu. Mereka mempeributkan masalah komunikasi. Katanya, si lelaki tidak pernah sesekali inisiatif untuk memulai menghubungi. Ya, sama seperti kita dulu. Aku yang tak sengaja mendengar itu (karena sepasang kekasih itu bicara dengan nada tinggi) hanya tersenyum mengingat kita dahulu, yang masih mengedepankan ego daripada logika. Lalu, karena tiba-tiba teringat dirimu, aku pun mengambil pisau lipat di dapur untuk memotong benci di antara mereka. Kupotong benci itu sebesar uang logam lima ratusan. Kusisakan benci itu pada mereka, karena apa? Karena benci dalam hu

Pukul 4 Pagi

Gambar
Pagi ini aku terbangun Melihat waktu yang berhamburan Dingin dan menggigil Kulihat sekeliling nampak pulas Masih bersatu dalam mimpi Aku bertanya: Untuk apa aku bangun? Sabda menjawab: Untuk segera bangkit dari keterpurukan Nalarku berpikir Sabda telah keliru Aku tidak terjatuh karena keterpurukan Aku terjatuh karena pelajaran Pukul 4 pagi diriku terbangun Bukan untuk mengakhiri tapi untuk mengawali Untuk yang pergi dan nanti akan kembali, yaitu bahagia Sunter, 5 Februari 2017 04.18 - FZAP

Sajak Untuk Orang Tak Dikenal

Gambar
Kata orang bintang itu cahayanya cerah Tapi tidak secerah hariku setelah tahu kamu Kata orang kerikil itu tajam Tapi tidak setajam duniaku tanpamu Kata orang mimpi itu susah diraih Tapi tidak setelah aku tahu dirimu Kata orang jatuh cinta itu perih Tapi tidak bila jatuhnya bersamamu Kata orang rindu itu menyiksa Tapi tidak karena kau mengajarkanku lapang dada Kata orang patah hati membuatmu sedih Tapi tidak karena kamu selalu menemani Kata orang kamu itu maya Tapi kataku kamu itu nyata Kata orang kita belum bisa bersama Tapi setidaknya kita bertemu lewat doa Kata orang kita terlalu mendengarkan mereka Sampai-sampai lupa kita berdua punya dunia Dunia yang nyata dan fana untuk kita berdua Sunter, 1 Februari 2017 -FZAP